Tragedi 8 Santri Terbakar Lelehkan Tangis Damkar Karawang

Bencana Alam, Kecelakaan2,078 kali dilihat

KARAWANG CENTER – Karawang berduka, peristiwa itu masih melekat di ingatan masyarakat usai terbakarnya Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khoirot, di Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang.

Peristiwa yang terjadi pada Senin (21/2/2022) lalu itu mengakibatkan delapan orang santri yang tengah beristirahat tidur siang meninggal dunia. Mereka tak sempat menyelamatkan diri.

Bank BJB KPR

Andri kala itu menjadi orang yang pertama menerima laporan tersebut. Kala itu, ia sedang piket di Pos Damkar Cilamaya Wetan. Di pikirannya, kejadian itu hanya peristiwa biasa yang kerap terjadi.

“Saya waktu itu menerima laporan kalau tidak salah sekitar pukul 13.20 WIB, kejadian itu katanya berlangsung sekitar pukul 13.00 WIB, saya berlima sedang piket di Pos Damkar, langsung ke lokasi saja dengan satu armada yang stand by di Pos,” ucap Andri saat ditemui di Mako Damkar Karawang Pusat, Rabu (5/7/2023).

Ia menceritakan pengalaman tak terlupakannya selama bertugas sebagai seorang pemadam kebakaran, terkadang ia berbicara terbata mengingat tragisnya peristiwa tersebut.

“Sesampainya di lokasi saya kaget, sudah separuh bangunan di sisi kanan ponpes terbakar, karena mayoritas bangunan memang dari kayu dan bambu ya,” kata dia.

Baca Juga :  Pertemuan Warga Desa Bengle Majalaya dengan Pengembang Perumahan Untuk Atasi Banjir

Kala itu, cuaca memang sedang terik, ditambah jauhnya sungai atau sumber air menjadi kendala proses pemadaman api. “Sungai jauh, ada empang airnya sedikit hampir kering, terpaksa kita gunakan sumur di belakang pesantren, karena tak mungkin cukup kalau hanya air dari tangki yang kita bawa, kapasitasnya kan cuma 1.200 liter,” ucapnya.

Saat anggota lain berjibaku memadamkan api, Andri berinisiatif menghubungi Pos Damkar Karawang Pusat untuk meminta bantuan tenaga dan armada tambahan. Hal itu ia lakukan karena melihat api yang cukup besar dan berlokasi di dekat permukiman. Andri khawatir api membesar dan merambat ke pemukiman lain.

“Saya berinisiatif menghubungi Mako Pusat, karena ini api cukup besar, waktu itu saya belum tahu di dalam ada korban, kita masih bekerja seperti biasa sesuai prosedur. Berselang 30 menit api belum padam, kemudian dua armada beserta dua peleton bantuan datang,” paparnya.

Namun, begitu terkejutnya Andri saat ia mengambil selang dan mulai menyemprot bagian tengah ruangan santri, ia melihat sesosok jasad santri yang tengkurap sudah hangus.

Baca Juga :  Belasan Tiang Listrik di Pesisir Karawang Roboh Diterjang Banjir Rob, PLN Pasang Bronjong

“Pas saya mulai semprot di bagian tengah bangunan, saya lihat seperti orang, ternyata jasad santri yang sudah hangus, sedang tengkurap. Di situ perasaan saya campur aduk, tak terasa saya nyemprot sambil nangis,” ungkap Andri.

Ia merasa bersalah saat itu, karena ada korban dalam kejadian tersebut, namun ia juga menyadari peristiwa itu sudah terjadi. Dan, korban ditakdirkan berpulang dalam kondisi seperti itu.

“Saya terkadang merasa bersalah melihat ada korban, tapi ya kita kan sudah berjuang, dan mereka mungkin sudah tewas di saat awal kebakaran terjadi. Tapi ya itu mungkin sudah takdir mereka meninggal dengan kondisi begitu, kalau ingat sampai sekarang saya tetap ngerasa sedih,” katanya.

Hal yang membuatnya sedih, karena para korban merupakan santri yang tengah berjuang menghafal al-qur’an di Ponpes Miftahul Khoirot.

“Yang bikin saya sedih sakit hati gitu, karena mereka itu santri yang sedang berjuang di sana, mereka sedang menuntut ilmu menghafal qur’an,” ujar dia.

Diketahui, peristiwa nahas yang menewaskan delapan santri itu bermula dari korsleting arus listrik di kipas angin yang berada bagian tengah plafon bangunan. Percikan api dari korsleting itu kemudian merambat ke atap bangunan hingga menyebabkan kebakaran.

Baca Juga :  Remaja 17 Tahun Tewas Terlindas Bus Karyawan di Jembatan Jenebin Karawang Barat, Ini Kronologinya

“Setelah padam, sore sekitar jam 5 an waktu itu kita masih stand by proses cooling, atau pendinginan, dan kita juga niat akan berkirim doa usai pemadaman,” ucap Andri.

Setelah selesai tugasnya memadamkan api di Ponpes Miftahul Khoirot, ia kemudian mendatangi pimpinan ponpes seraya mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya ke delapan santri dalam peristiwa itu.

“Setelah selesai, saya pamit sama pak kiai, kita juga turut berdukacita lah, dan menanyakan nama-nama korban yang meninggal saat itu,” katanya.

Andri dan regu Damkar Pos Cilamaya, merencanakan doa bersama di pos untuk almarhum para korban yang meninggal dalam tragedi itu. “Saya dikasih daftar namanya sama salah satu santri, dan seminggu kemudian Kamis malam, kita gelar tahlil, doa bersama lah, khususnya untuk mereka, sekaligus kita memohon kelancaran kepada Allah, dalam setiap tugas yang kita lakukan, semoga tidak ada lagi kejadian serupa,” pungkasnya.

(sud/sud)

PenulisSumber
Detik Jabar
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6812098/tragedi-8-santri-terbakar-lelehkan-tangis-damkar-karawang

Artikel Terkait

Jangan ketinggalan berita ini!

Tinggalkan Balasan

Feed Berita