Cerita Sukses Petani Hortikultura di Karawang Hasil Kerja Sama Indonesia dan Taiwan

Pertanian1,267 kali dilihat

KARAWANG CENTER – Terik matahari yang menggantung tinggi di langit, disertai suhu panas mendekati 35 derajat Celcius. Di lahan pertanian di kawasan Karawang ada seorang pakar pertanian asal Taiwan bernama Chiu melakukan pengecekan tanaman di lahan bersama dengan petani Indonesia.

Di wilayah Karawang, banyak warga yang pencahariannya secara turun temurun bercocok tanam padi. Melalui bantuan Taiwan Technical Mission (TTM), para petani berhasil menanam tanaman hortikultura berkualitas tinggi seperti sayuran tomat kecil, okra dan jambu biji.

Bank BJB KPR

Bagaimana cara Taiwan Technical Mission untuk membantu petani meningkatkan pendapatan tahunan mereka sekitar 20 persen tahun ini? Chiu, Expert Taiwan asal Hsinchu, Taiwan, saat ini bertanggung jawab atas project pengembangan hortikultura daerah Karawang.

Pada tahun 2019, ia datang ke Indonesia dengan membawa pengalaman bertani selama bertahun-tahun di Taiwan. Ia bertekad untuk membudidayakan tanaman hortikultura di daerah Karawang, memberikan sumbangsih untuk Indonesia, demikian disebutkan dalam rilis yang diterima dari Taipei Economic Trade Office, Kamis (26/11/2020),

Dengan menggunakan bahasa Indonesia, Chiu mengajar petani lokal mulai dari teknik penanaman, pembibitan, penanaman, transplantasi, penyakit dan hama serangga sampai ke produksi dan penjualan.

Chiu teringat saat mulai mendiskusikan budidaya tanaman dengan petani. Para petani selalu bilang ingin menanam brokoli, saat itu saya berpikir sepertinya ada masalah, brokoli merupakan tanaman jenis dingin dan tidak dapat ditanam tanpa ketinggian tertentu di Indonesia.

Baca Juga :  Asosiasi Petani Kopi Indonesia : Kebangkitan Produk Kopi Asli Karawang

“Apakah Indonesia memiliki jenis tanaman unik? Dengan hati penasaran akhirnya saya memutuskan pergi ke ladang bersama para petani dan menemukan ternyata yang dibicarakan oleh para petani itu adalah kembang kol.”

Memang kembang kol bisa tahan panas dan bisa beradaptasi dengan iklim Karawang yang cukup panas. Selain kondisi iklim, tantangan lain yang dihadapi oleh tim teknis Taiwan dalam pendampingan awal adalah Karawang termasuk dalam kawasan persawahan.

Tanah disana sudah lama tergenang air, sehingga tekstur tanah menjadi lengket dan berat, yang tidak kondusif untuk sebagian besar tanaman hortikultura.

Oleh karena itu, tim teknis Taiwan harus mencari jenis tanaman lokal yang cocok dengan kondisi seperti itu. Kondisi tanah Karawang yang lengket dan berat ini, apabila terjadi kekeringan akan menjadi sekeras batu, hal ini akan menyebabkan akar tanaman tidak dapat bernapas dan daya serap menjadi tidak baik.

Proyek di Kota Lain

Menghadapi tantangan tersebut, tim teknis perlu upaya untuk memperbaiki tekstur tanah dengan menggunakan pupuk organik dan kapur dalam jumlah besar, diaduk di tanah untuk memperbaiki tekstur tanah agar bisa mendekati standar umum untuk budidaya tanaman hortikultura, kemudian baru bisa mulai membudidayakan tanaman.

Setelah Misi Teknik Pertanian Taiwan menyelesaikan masalah varietas dan tanah, tantangan selanjutnya adalah petani Indonesia di daerah ini tidak memiliki pengalaman berkebun, sehingga harus memulai dari awal.

Baca Juga :  Bupati Cellica Dampingi Menteri Luhut Binsar Pandjaitan Panen Padi Bersama di Karawang

Mulai dari penyiapan tanaman, pembibitan, penanaman, penyiraman, pemupukan, obat-obatan, panen, dan lainlain. Semuanya diajarkan TTM secara bergandengan tangan. Oleh karena pengelolaan tanaman hortikultura membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga dibandingkan dengan menanam padi, pertama kali para petani diminta untuk mengelola lahan secara mandiri.

“Butuh banyak waktu untuk berdiskusi. Awalnya petani selalu memiliki konsep bahwa harus dilakukan secara bersama-sama (model padi), mereka tidak terbiasa melakukan pengecekan dan mengelola sawah sendiri, bahkan saat awal panen juga harus menunggu bantuan dari tim teknis,” ujar Chiu.

Setelah komunikasi terus menerus dan pertemuan rutin dengan petani, para petani akhirnya baru bisa mulai mandiri secara aktif melaporkan kondisi ladangnya, misalnya mengapa daunnya menguning, ada serangga di lapangan, obat apa yang harus disemprotkan, dan lain-lain.

Ketua tim produksi dan pemasaran Abudulrohim berkata; “Berkat bimbingan yang penuh kesabaran dari tim teknis, pemandangan di desa Karawang sekarang telah berbeda, dan Anda dapat melihat sepetak demi sepetak lahan hasil kerja sama dengan tim teknis tersebut”.

Petani mendapatkan hasil panen yang baik dalam budidaya sayur mayur selain bertanam padi, juga memiliki sumber pendapatan yang lebih banyak, dengan rata-rata peningkatan pendapatan tahunan sebesar 20 persen. Rencana pengembangan hortikultura selama tiga tahun untuk wilayah Karawang di Indonesia, tujuan utamanya adalah memberikan panduan teknis lengkap kepada petani di wilayah Karawang.

Baca Juga :  Waduh, 4 Kontainer Jahe di Karawang Mendadak Dibakar

Selain itu, agar para petani bisa membangun jalur penjualan yang stabil, dalam rangka mencapai tujuan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan pendapatan petani di Karawang. Kerja sama teknik pertanian antara Taiwan dan Indonesia dimulai pada tahun 1976. Pada tanggal 21 Mei tahun itu, Taiwan dan Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama teknik pertanian.

Akhir Oktober, tim teknik pertanian diberangkatkan ke Surabaya untuk membantu provinsi tersebut dalam pelaksanaan rencana pembangunan pertanian yang komprehensif, dan sampai sekarang telah melewati 44 tahun.

Saat ini, selain rencana pengembangan hortikultura kawasan Karawang, Misi Teknik Pertanian Taiwan juga mempromosikan “One Village One Product in Bali (OVOP)”, “Manajemen Usaha Pertanian di Bogor”, “Penguatan Pembudidayaan dan Pengembangan Usaha Pertanian di Wilayah Bandung” di Indonesia dengan total 18 proyek kerjasama.

Termasuk “Pengembangan Benih Padi Berkualitas Tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan” dan “Proyek Pengembangan Hortikultura Wilayah Karawang”.

Mengadakan lebih dari 130 seminar dan kegiatan observasi yang secara langsung memberikan manfaat kepada lebih dari 20.000 petani Indonesia dan memperoleh peningkatan mata pencaharian yang signifikan.

Artikel Terkait

Jangan ketinggalan berita ini!

Tinggalkan Balasan