Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 tak akan bisa melupakan peristiwa Rengasdengklok. Untuk mengenalkan kejadian masalalu itu ke anak-anak, Nurbani Wibowo (23) menulis buku cerita bergambar. Isinya, sekelumit peristiwa Rengasdengklok jelang kemerdekaan.
75 tahun lalu, Soekarno dan Hatta berunding dengan golongan pemuda di rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Tak jauh dari rumah itu, pada 16 Agustus 1945, untuk pertama kalinya, bendera merah putih dikibarkan mengganti bendera Jepang yang diturunkan paksa.
“Namun peristiwa penurunan bendera Jepang dan pengibaran merah putih itu tak ada di buku pelajaran sekolah. Makanya cergam (cerita bergambar) ini dibuat untuk mengenalkan kepada anak-anak,” kata Nurbani saat peluncuran buku cergam Sejarah Rengasdengklok di Perpustakaan Daerah Karawang, Minggu (16/8/2020).
Lihat postingan ini di Instagram
Selain memuat narasi sejarah, Nurbani juga memasukkan banyak ilustrasi menarik ke dalam bukunya. Pembaca disuguhi ilustrasi saat Bung Karno membawa istrinya Fatmawati dan Guntur yang masih berumur 9 bulan.
Di dalam cergam itu, Nurbani juga menyisipkan sketsa karya Dodoem Sondjaya. Dodoem disebut-sebut sebagai saksi hidup upacara itu. Ia dipercaya menggambar sketsa saat upacara sederhana pengibaran merah putih itu berlangsung.
Setelah Bung Karno dan Bung Hatta berunding, RS Hadipranoto selaku wedana Rengasdengklok ditugaskan segera mengibarkan merah putih. Seorang pejuang barisan rakyat bernama Masrin Hasani lalu mengumpulkan warga untuk ikut upacara pengibaran merah putih. “Benderanya pun masih sederhana ukurannya hanya 1X1 meter,” kata Yuda Febrian penulis buku Rengasdengklok Undercover.
Buku ini juga menukil data narasi dari karya sejumlah sejarawan. Misalnya buku Sejarah Kabupaten Karawang karya sejarawan Unpad Nina Herlina Lubis. Ada pula Peristiwa 16 Agustus 1945 karya Her Suganda dan buku Rengasdengklok, tentara PETA dan 17 Agustus 1945 karya Sanusi Wirasoemita.