KARAWANG CENTER – Menyambut musim tanam kedua bulan April-Mei 2021, Kementerian Pertanian dan Pupuk Indonesia memastikan stok pupuk subsidi masih berada di level aman.
Pupuk Indonesia Grup juga menyiapkan stok pupuk subsidi sebesar 1,98 juta ton.
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto menyatakan jumlah tersebut lebih banyak atau dua hingga tiga kali lipat dari ketentuan stok minimum pemerintah.
Rinciannya, pupuk Urea 1,16 juta ton, NPK Phonska 341 ribu ton, SP-36 156 ribu ton, ZA 187 ribu ton, dan Petroganik 137 ribu ton.
“Dari jumlah tersebut, stok pupuk subsidi untuk Jawa Barat mencapai sekitar 153 ribu ton. Rinciannya, pupuk Urea 92,4 ribu ton, NPKPhonska 29,4 ribu ton, SP-36 15,1 ribu ton, ZA 8,6 ribu ton, danPetroganik 7,8 ribu ton,” jelasNugroho dalam keterangan tertulis, Jumat (26/3/2021).
Sebagai produsen, lanjut Nugroho, Pupuk Indonesia berkewajiban untuk menyalurkan pupuk subsidi sesuai alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pada tahun 2021 alokasi pupuk subsidi dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 49 Tahun 2020 sebesar 9,04 juta ton dan 1,5 juta liter pupuk organik cair.
Selain kewajiban menyalurkan pupuk subsidi, Pupuk Indonesia juga menyediakan stok pupuk non-subsidi yang saat ini berjumlah 754 ribu ton.
“Upaya ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan petani yang belum tercover dalam skema pupuk subsidi,” ujar Nugroho.
Lebih lanjut Nugroho menjelaskan untuk mendapatkan pupuk subsidi, syarat atau ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian adalah petani wajib tergabung dalam kelompok tani, menggarap lahan maksimal dua hektar, menyusun Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK), dan untuk wilayah tertentu menggunakan Kartu Tani.
“Apabila belum memiliki Kartu Tani, petani masih dapat menebus pupuk subsidi secara manual, dengan bantuan petugas penyuluh lapangan atau PPL dari dinas pertanian setempat,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Program Agrosolution Pupuk Indonesia Grup di Kecamatan Tempuran, Karawang melakukan tanam perdana dan dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi.
Program yang diinisiasi sejak tahun lalu tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penyediaan input pertanian non-subsidi (pupuk, benih, dan pestisida), akses permodalan, kepastian pengambilan hasil panen (off take), hingga asuransi pertanian.
Seperti yang dilakukan oleh anggota holding Pupuk Indonesia, yaitu Pupuk Kujang Cikampek di Dusun Bengle, Desa Pancakarya, Kec. Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Lahan uji coba program Agro Solution seluas 210 hektar dan melibatkan Koperasi Prima Agro, permodalan dari PT Bank BJB, pembeli gabah (off taker) dari PT Panca, asuransi pertanian dari PT Jasindo, serta kawasan budidaya dan teknologi pertanian dari Pupuk Kujang Cikampek.
“Pola ini yang kami sedang kembangkan, melibatkan banyak pihak, dan pada tahun ini kami menargetkan program Agro Solution di lahan pertanian total seluas 50 ribu hektar,” imbuhNugroho.
Berdasarkan hasil uji coba pada tanaman padi di Jember, Banyuwangi, Bima, Dompu, Ponorogo, Magetan, dan Madiun, petani binaan program Agro Solution berhasil meningkatkan produktivitas tanamannya, dari rata-rata 6,28 ton menjadi 9,73 ton per hektar, atau meningkat sekitar 55%.
Dengan demikian, walaupun ada tambahan sedikit biaya untuk menggunakan pupuk non-subsidi, namun hasil produktivitas yang didapat juga cukup signifikan.
Sehingga tambahan biaya operasional input pertanian dapat tertutupi dengan tambahan pendapatan dari peningkatan hasil panen.
“Jadi melalui program ini kami ingin mendukung program ketahanan pangan nasional, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, sekaligus mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk subsidi,” kata Nugroho. (ega/hns)