KARAWANG CENTER – Pasca ditemukannya dua ekor bayi kucing hutan di yang ditangkap warga di pegunungan Sanggabuana awal Februari 2023 lalu, kini warga dikejutkan dengan kemunculan macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Direktur Eksekutif Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) mendapati laporan tersebut dari masyarakat, pihaknya lalu berinisiatif melakukan investigasi dengan memasang beberapa kamera trap.
“Kami mendapati laporan bahwa macan tutul turun mendekati kampung mereka. Warga lereng Pegunungan Sanggabuana tersebut was-was, sebab anak kucing hutan atau meong congkok yang diambil dari rumpun bambu beberapa waktu lalu, menimbulkan kemunculan macan tutul,” ujar Solihin, saat dihubungi detikJabar, Selasa (21/2/2023).
Macan tutul tersebut muncul di sekitar lereng sebelah timur di sekitar Curug Cigeuntis, perkampungan Babakan Situ, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang.
“Beberapa warga menganggap anakan kucing hutan yang ditangkap awal Februari tersebut adalah anak macan tutul. Dan induk macan tutul yang beberapa kali mendekati perkampungan itu dianggap sedang marah dan akan mengambil anaknya kembali,” kata dia.
Warga yang was-was kemudian melapor kepada pihak SCF, yang sebelumnya telah mengevakuasi anak meong congkok tersebut.
“Atas laporan warga itu, kami melakukan ground check, mengumpulkan data jejak dan laporan warga sekitar. Sambil mengumpulkan keterangan,” imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga memasang kamera trap di sekitar lokasi bekas turunnya macan tutul jawa tersebut, alhasil didapati macan tutul, macan kumbang, dan beberapa satwa lain yang terekam mondar-mandir di sekitar area tersebut.
“Kemaren beberapa Ranger kami patroli dan pulang membawa kamera trap, dan macan tutul ini menampakkan diri atau terekam kamera sebanyak 5 kali Ada yang tutul dan ada yang kumbang. Tapi belum kita identifikasi pola totolnya apakah mereka dari individu yang sama atau bukan. Tapi dari 4 kali terekam, beberapa mempunyai pola totol yang berbeda, kami simpulkan macan yang melintas adalah macan yang berbeda,” ungkapnya.
Tidak hanya macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang terekam oleh kamera trap yang dipasang SCF, namun kamera trap juga merekam adanya burung hantu (Tyto alba), musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), trenggiling (Manis javanica), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis).
Menyikapi keresahan warga atas munculnya macan tutul di perkampungan itu, Solihin menghimbau agar warga tidak takut atau panik, bahkan sampai memburu macan tutul tersebut.
“Kami mengimbau dan mengedukasi warga, supaya tidak takut dan tidak menyerang atau memburu macan tutul. Alhamdulillah sementara ini juga tidak ada ternak warga yang dimangsa macan tutul tersebut,” ucap Solihin.
Diterangkan Solihin, karakter macan tutul cenderung menghindari manusia, jika melihat kemunculan macan tutul, Solihin meminta warga agar membuat bunyi-bunyian, memukul kentongan atau panci agar macan tutul menyingkir.
“Jika ada kemunculan macan tutul, jangan panik, warga buat bunyi-bunyian saja nanti juga menyingkir. Karena biasanya mereka hanya memantau saja, biasanya pejantan tua yang terusir dari teritorialnya, atau induk yang mengajari anaknya berburu, anaknya yang berlatih berburu, kadang menjadikan ternak yang lemah sebagai obyek latihan. Kalau ada ternak yang dimangsa macan nanti akan kita diganti, tak perlu menangkap macan tutulnya,” pungkasnya.
(yum/yum)
Penulis : Irvan maulana