Ini dia 3 Fakta unik mengenai “Kampung Salapan” yang ada di Karawang

Sejarah, Wisata277,264 kali dilihat

KARAWANG CENTER – Bagi Anda warga yang memang tinggal di Karawang, mungkin tahu kampung unik bernama “Kampung Salapan”, kali ini Kawarang Center mecoba menginformasikan untuk kamu yang belum tahu sekaligus mengulas kampung ini.

Di karawang, di Desa Gempol, Kec. Banyusari, tepatnya tempat perkampungan yang unik yaitu kampung Salapan. Kampung yang belum ada listrik, jauh dari keramain, dan terpencil. Masyarakat sekitar Kampung Salapan lebih mengenal kampung ini dengan sebutan Kampung Babakan Nonclo (timbul).

Bank BJB KPR

Kampung Salapan ini termasuk kampung yang jauh dari keramaian, terpencil, dan belum terjangkau pasokan listrik.
Kampung ini memiliki beberapa keunikan, baik dari segi lanskap secara keseluruhan, karakter/bentuk bangunan rumah tinggal, maupun adat tradisi kehidupan sehari-hari yang masih bertahan hingga saat ini.

Ini dia 3 Fakta unik mengenai Kampung Salapan yang ada di Karawang

1. Hanya Dihuni Sembilan Keluarga

Sesuai dengan namanya kampung ini hanya terdiri dari sembilan keluarga rumah tinggal. Kondisi ini akan tetap bertahan dikarenakan terdapat aturan dan kepercayaan pada masyarakat Kampung Salapan yakni, apabila jumlah keluarga melebihi 9 keluarga, maka salah satu keluarga harus keluar dari kampung ini. Jika aturan tersebut dilanggar, maka Kampung Salapan akan mengalami musibah.

Baca Juga :  Lokasi, Rute & Tiket Masuk Wisata "Puncak Gunung Sempur" di Karawang Tahun 2024

2. Semua bentuk rumah yang hampir sama

Keunikan lainnya pada Kampung Salapan adalah bentuk rumah yang hampir sama, yaitu berbentuk persegi panjang, terdiri dari ruang tamu dan keluarga yang memanjang ke belakang. Di sebelah kanan atau kiri pada bagian rumah, terdapat kamar-kamar yang memanjang ke belakang, terdiri dari 1 atau 2 kamar tidur dan Goah. Kamar mandi dan dapur masuk melalui ruang keluarga. Sedangkan, Goah untuk menyimpan makanan, seperti hasil kebun, beras, gula, dan lain-lain. Selain itu, ada Goah untuk menyimpan bunga tujuh rupa, kemenyan, kelapa muda, dan kopi sebagai sesaji. Sesaji ini diletakkan di atas tempat penyimpanan beras (padaringan) Kamar mandi dan dapur masuk melalui ruang keluarga.

3.Tradisi yang masih dianut

karawang center

Pintu setiap Rumah Tergantung Sembilan tangkai padi. Upacara Ngabungbang atau Melekan, masih ada di masyarakat Salapan. Masyarakat berkumpul di tempat terbuka pada malam Sabtu dilakukan semalam suntuk, warga tidak tidur sampai pagi. Kegiatan ini diisi dengan diskusi antara warga masyarakat dan Tokoh masyarakat kampung Salapan akan memberi petuah-petuah kepada warganya.

Baca Juga :  Lokasi, Rute dan Menu "Restoran dan Pemancingan Mang Ajo" Kuliner Karawang Tahun 2022

Upacara Mipit atau Nyalin ketika akan memanen padi, merupakan tradisi yang masih dijalankan sebagian kecil petani. Nyalin dari kata salin artinya mengganti. Sehingga, kegiatan itu dilaksanakan ketika mau panen dan akan diganti tanaman baru. Upacara ini berlangsung satu tahun sekali oleh tiap individu. Pakaian adat sehari-hari yang dikenakan adalah berwarna biru tua.

Pada saat-saat tertentu sering muncul cahaya kebiruan yang kemudian dipercaya oleh warga masyarakat Kampung Salapan bahwa akan terjadi sesuatu pada lingkungan mereka atau lingkungan masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui secara umum bahwa aspek atau objek pembentuk lanskap Kampung Salapan adalah bangunan rumah tinggal yang hanya berjumlah 9 rumah. Objek lain pembentuk lanskap kampung ini adalah lahan pertanian dengan dominasi berupa persawahan.

Hal ini dapat kita ketahui secara tersirat dari adanya Upacara Mipit atau Nyalin yang dilaksanakan pada saat pemanenan dan penggantian padi dan dilakukan oleh sebagian kecil warga kampung yang berprofesi sebagai petani. Selain itu, area terbuka atau lapangan terbuka juga menjadi bagian penunjang lanskap Kampung Salapan.

Baca Juga :  Lokasi, Rute & Harga Tiket Masuk Wisata Alam Green Canyon Karawang Tahun 2020

Area terbuka atau lapangan terbuka ini digunakan warga sebagai tempat pelaksanaan ritual Ngabungbang atau Melekan. Dari aspek atau objek pembentuk lanskap yang disebutkan sebelumnya, dapat kita ketahui juga bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi pembentukan lanskap Kampung Salapan, yakni Faktor Kepercayaan dan Faktor Budaya (adat-istiadat). Faktor Kepercayaan ini sangat kuat mendominasi dan mempengaruhi keseluruhan lanskap Kampung Salapan.

Hal ini cukup jelas terlihat dari jumlah rumah tinggal pada kampung ini yang hanya berjumlah 9 rumah dan hanya boleh dihuni oleh 9 keluarga, yang kemudian apabila dilanggar akan menimbulkan musibah bagi warga kampung ini.

Faktor kepercayaan ini juga yang turut mempengaruhi penggunaan sesaji pada upacara adat, penggunaan 9 tangkai padi yang digantung di atas pintu rumah, dan kepercayaan warga tentang akan terjadinya sesuatu pada lingkungan mereka ketika cahaya kebiruan muncul pada saat-saat tertentu. Faktor budaya merupakan faktor utama lainnya yang turut mempengaruhi lanskap dan kehidupan Kampung Salapan.

Faktor budaya ini terlihat dari adanya Upacara Ngabungbang atau Melekan dan Upacara Mipit atau Nyalin. Kedua upacara tersebut menjadi bagian budaya dari masyarakat Kampung Salapan.

Artikel Terkait

Jangan ketinggalan berita ini!

Tinggalkan Balasan

Feed Berita